Tantangan Internal
Sisi internal adalah diri kita sendiri. Di ciptakan hidup sebagai manusia fungsi khalifah di bumi. Di dalam diri kita ada unsur-unsur raga, jiwa, akal, pikiran, hati dan ruh. Kesemua unsur itu hakikatnya eksistensi kita upaya mengabdi (na’budu) dan meminta tolong (nasta’in) kepada Allah SWT untuk menjalankan kehidupan ini Firman Allah SWT “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzaariyaat: 56)
Menjalankan hidup hakikatnya sederhana. Tugas kita hanya dua hal prinsipil, yaitu mengabdi dan meminta tolong. Apabila tugas itu kita jalankan, dipastikan kitapun akan mendapat hasil dua hal prinsipil pula yakni harkat dan martabat.
Harkat adalah status kita. Hidup kaya, miskin juga adalah harkat sesuai tingkatan posisi ekonomi kita dalam masyarakat. Sedangkan martabat adalah juga status, terhormat atau tidak terhormat dalam kemasyarakatan. Suatu derajat atau nilai dari posisi kita berupa pemberian dari Allah SWT didunia ini.
Selanjutnya, tentang harkat dan martabat, pada era modern saat ini aktivitas perbuatannya kita sebut dalam istilah umum yakni berekonomi dan berpolitik. Artinya aktivitas berekonomi dan berpolitik tujuannya adalah dalam rangka pencapaian tingkatan harkat dan martabat.
Apabila kita melaksanakan ekonomi juga potitik dasarnya adalah mengabdi dan meminta tolong kepada Allah SWT, maka kitapun telah menjalankan hidup secara benar.
Permasalahan yang timbul di bidang intemal, kita sendiri dalam kesehariannya tidak menjalankan aktivitas atas dasar mengabdi dan meminta tolong kepada-Nya. Akibat dari perilaku itu, kitapun mengalami berbagai permasalahan kehidupan. Atas semua permasalahan yang terjadi, sering kita menyalahkan nasib yang kurang baik, atau kesalahan lain baik terhadap diri sendiri ataupun kepada orang lain.
Oleh karena itu kita harus selalu mengoreksi diri, apakah kita menjalankan hidup ini telah sesuai tugas yakni dua hal mengabdi dan meminta tolong ? Apabila tidak, dari koreksi itu perlu perbaikan.
Tantangan Eksternal
Saat ini harus kita akui, tentang berekonomi dan berpolitik tantangannya sangat besar. Apakah kita bagian kecil dari aktivitas ekonomi (semisal karyawan perusahaan) atau bagian kecil dari pemerintahan (semisal pegawai negri), tantangan kita dalam hidup berekonomi dan berpolitik tetap besar.
Di bidang ekonomoi kita ketahui bahwa kapitalisme liberalisme diterapkan di negeri ini. Jelas sistem ini bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu kerangkeng kapitalisme liberalisme menghambat kita dalam rangka mengabdi dan meminta tolong kepada-Nya.
Bahkan akibat sistem ini, kita menjadi miskin, mengalami berbagai kekurangan materi dalam hidup. Kita mempersalahkan diri, padahal kesalahan itu bukan pada diri kita, tetapi sistem ekonomi yang berlakulah (sistem kapitalisme liberalisme) yang membuat kita miskin di negara kita sendiri.
Tentang politik, berlakunya demokratisasi tidak menguntungkan bagi kehidupan kita. Tatanan kenegaraan khususnya hukum Islam belum diberlakukan sebagai hukum positif. Pada hal mayoritas warga negara bangsa ini adalah muslim, seyogyanyalah suara rakyat tujuannya adalah politik Islami. Tujuan penerapan berbagai kehidupan sesuai ajaran Islam. Mengingat suara rakyat tidak tertuju kepada kepentingan lslam maka demokrasi yang berlaku belum bermanfaat bagi kitadalam rangka mengabdi dan meminta tolong kepada-Nya
Penutup
Sesuai uraian di atas, apakah akan kita biarkan kapitalisme perekonomian kita? Padahal kita miskin jauh dari kesejahteraan hidup. Juga apakah akan kita biarkan demokrasi bukan untuk kepentingan ajaran Islam, akan tetapi kepentingan kekuasaan semata?
Pertanyaan-pertanyaan tadi, jawabannya terpulang kepada diri kita masing-maang. Apakah kita berkeinginan meningkatkan harkat dan martabat? Konteks tersebut perlu sikap dan keputusan yang harus segera ditetapkan.
Sikap itu agar kita dapat menjalankan hidup. Kalau tidak, kitapun akan hidup apa adanya, terjajah oleh sistem non Islam seperti sekarang ini. Firman Allah SWT:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah). (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah mencitakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrahAllah. (Itulah) agamayang lurus. tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Ruum: 30)
0 komentar:
Posting Komentar